Haruskah..

Minggu, November 15, 2009 Edit This 0 Comments »
Ketika Wajah Penat Memikirkan Dunia
Maka Berwudhulah

Ketika Tangan Letih Menggapai Cita-Cita
Maka Bertakbirlah

Ketika Pundak Tak Kuasa Memikul Amanah
Maka Bersujudlah

Iklaskan semua
Dan Mendekatlah Pada-Nya

Agar Tunduk
Disaat yang lain angkuh

Agar Teguh di Saat yang lain runtuh

Agar Tegar di saat yang lain terlempar

Semoga Allah menempatkan kita
Dalam Golongan orang-orang yang sabar


Amin

Oleh : Ibnu Mursyid

ciri-ciri akan datangnya gempa

Selasa, Oktober 13, 2009 Edit This 0 Comments »
Gempa bumi yang terjadi memang menakutkan, namun hal ini tidak bisa dihindari mengingat Indonesia termasuk negara yang rawan akan gempa.

Untuk itu, mempelajari dan mewaspadai ciri-ciri yang biasanya terjadi sebelum gempa adalah hal yang bijaksana.

Ada beberapa ciri-ciri yang dapat terlihat jika akan terjadi gempa bumi. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:

Lihat ke langit
kalau di langit ada awan yang berbentuk seperti angin tornado/seperti pohon/seperti batang, bentuknya berdiri, itu adalah awan gempa yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi.

Awan yang berbentuk aneh itu terjadi karena adanya gelombang elektromagnetis berkekuatan hebat dari dasar bumi, sehingga gelombang elektromagnetis tersebut ‘menghisap’ daya listrik di awan, oleh karena itu bentuk awannya jadi seperti tersedot ke bawah.

Gelombang elektromagnetis berkekuatan besar itu sendiri terjadi akibat adanya patahan atau pergeseran lempeng bumi. Tapi kemunculan awan gempa seperti itu di langit tidak selalu berarti akan ada gempa. Bisa saja memang bentuknya seperti itu.

Coba diuji medan elektromagnetis di dalam rumah
- Cek siaran TV, apakah ada suara brebet-brebet ataukah tidak
- Jika terdapat mesin fax, cek apakah lampunya blinking biarpun lagi tidak transmit data
- Coba minta orang lain mengirim fax ke kita, cek apakah teksnya yang diterima berantakan atau tidak
- Coba matikan aliran listrik. Cek apakah lampu neon tetap menyala redup/remang- remang biarpun tak ada arus listrik

Kalo tiba-tiba TV brebet-brebet, lampu fax blinking, padahal sedang tidak transmitting, teks yang kita terima berantakan dan neon tetap menyala biarpun tidak ada arus listrik, itu berarti memang sedang ada gelombang elektromagnetis luar biasa yang sedang terjadi tapi kasat mata dan tidak dapat dirasakan oleh manusia.

Perhatikan hewan-hewan
Cek apakah hewan-hewan seperti “menghilang”, lari atau bertingkah laku aneh/gelisah. Insting hewan biasanya tajam dan hewan bisa merasakan gelombang elektromagnetis.

Air tanah
Lihat juga apakah air tanah tiba-tiba menjadi surut tidak seperti biasanya.

Jika empat tanda ini ada atau terlihat dalam waktu bersamaan, segeralah bersiap-siap untuk evakuasi. Empat tanda tersebut kemungkinan besar menunjukkan memang akan ada gempa berkekuatan besar.

Walaupun demikian, adanya awan gempa yang bentuknya aneh itu, tetap tidak bisa memastikan kapan gempa terjadi.
Oleh karena itu jangan tunggu-tunggu lagi, sebisa mungkin langsung melakukan tindakan penyelamatan diri untuk menghindari hal-hal yang paling buruk.

Kalau skala gempanya besar dan episentrumnya terletak di laut, kita harus selalu aware akan datangnya gelombang tsunami. Tingginya gelombang bisa puluhan meter, bisa juga hanya dua meter. Tapi biarpun hanya dua meter, gelombangnya tidak main-main. Kekuatannya dahsyat (seperti tidak ada habisnya) dan tekanannya bisa mencapai 190 kilogram. (guugling.com)

10 Tips Menghadapi Gempa Diantaranya:

Jika gempabumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada.

1. DI DALAM RUMAH

didalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.

2. DI LUAR RUMAH

diluar rumah

Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

3. DI MALL, BIOSKOP, DAN LANTAI DASAR MALL

didalam bioskop

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.

4. DI DALAM LIFT

didalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

5. DI DALAM KERETA API

didalam kereta api

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

6. DI DALAM MOBIL

di dalam mobil

Saat terjadi gempabumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

7. DI GUNUNG/PANTAI

di tempat wisata

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

8. BERI PERTOLONGAN

beripertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempabumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar anda.

9. EVAKUASI

evakuasi

Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempabumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. Bawalah barang-barang secukupnya.

10. DENGARKAN INFORMASI

dengarkan informasi

Saat gempabumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas. (portal.vsi. esdm.go.id)

Reposisi Sains Seorang Muslim

Rabu, September 16, 2009 Edit This 0 Comments »
by : Syaefudin (Milist Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia)

“Sains hanya melahirkan cendekia tak berbudi, pemikir tanpa hati, dan ilmuwan miskin nurani. Ilmu pengetahuan saat ini belum mampu memberi rasa takut terhadap Pencipta alam, sedang teknologi sebagai produknya ibarat pelena tidur panjang manusia. Tak sedikit yang lupa akan hakikat penciptaan mereka”. Benarkah?

Reposisi Sains Seorang Muslim
Bagi insan akademisi, sains tidaklah hal asing. Bahkan, seorang biasa yang belum mengenyam rasanya ‘bangku’ pendidikan pun sebenarnya sudah mengenal contoh peristiwa sains. Sejak kecil, kita dikenalkan dengan ilmu pengetahuan meski sekedar perumpamaan sederhana. Misalnya, suatu saat kita melihat ada benda bulat besar berwarna kuning terang di angkasa. Lalu, ibu yang sabar dengan cekat berkata “itu namanya matahari, nak”.

Sains berperan penting dalam menghasilkan berbagai teknologi dan produknya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Melalui ilmu pengetahuan, kita mampu berkomunikasi dengan saudara di tanah seberang sana. Pun, melalui sains kita bisa mengindera, menemukan jawab fenomena yang terjadi alam raya. Namun, apakah benar fungsi sains sebatas itu?

Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya melihat kembali definisi sains. Secara sederhana, sains atau ilmu pengetahuan adalah hasil penafsiran manusia, melalui serangkaian kegiatan ilmiah, tentang alam semesta serta berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Alam semesta yang dimaksud di sini adalah semua ciptaan Allah termasuk manusia itu sendiri.

Jadi, sejatinya sains bukan sekedar pengetahuan serta perangkat canggih sebagai hasilnya yang berguna bagi kebutuhan hidup manusia dalam rangka memakmurkan bumi dan menjadi khalifah Allah di bumi. Namun, ia juga berperan sebagai ayat (tanda-tanda kebesaran Allah) yang mengenalkan manusia kepada Pencipta alam semesta, beserta sifat-sifat- Nya sebagaimana firman Allah:

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu . Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal” (QS. Thaahaa, 20:53-54)

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yuunus, 10:5).

Dalam tinjauan sejarah, kisah Nabi Ibrahim mengenal Tuhan yang sesungguhnya adalah contoh nyata fungsi ayat pada alam semesta. Dalam Alqur'an surat Al-An’aam, Allah mengisahkan bagaimana konsepsi Ibrahim tentang fenomena alam yang sangat sederhana mampu menghantarkannya kepada pengenalan Allah:

“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan kau bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’aam, 6:74-79).

Di samping Nabi Ibrahim, Nabi lain yang disebut sebagai uswah hasanah dalam Alqur'an, yakni Rasulullah Muhammad SAW mengenal Allah melalui tafakkur alam. Sebelum turun wahyu Allah yang pertama di Gua Hira, Nabi Muhammad gemar mengasingkan diri ke gua Hira di Jabal Nur. Selain beribadah, beliau juga menghabiskan waktunya dengan memikirkan (bertafakkur) keagungan alam di sekitarnya dan adanya kekuatan tak terhingga di balik alam semesta.

Tidaklah mengherankan jika pada akhirnya perintah eksplorasi fenomena alam ini menjadi salah satu bentuk dakwah para Nabi dalam mengenalkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam. Misalnya, Nabi Nuh AS menyeru kaumnya agar beriman kepada Allah dengan mengingatkan mereka akan beragam keajaiban fenomena alam semesta:

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.” (QS. Nuh, 71:13-20).

Nabi Ibrahim a.s. pun berdakwah kepada Namrudz dengan menggunakan pemaparan tentang fenomena alam, dan mampu membungkam sang raja dengan kekuasaan Allah di alam:

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran terdiamlah orang itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah, 2:258).

Kepada Nabi Muhammad saw, Allah menurunkan wahyu Alqur'an yang berisi seruan untuk meneliti dan mempelajari fenomena alam agar manusia menjadi hamba yang semakin mengenal Rabbnya dan bertaqwa:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan (bertafakkur) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3:190-191).

Sedikit gubahan dari Materi ‘Sains Ideal dalam Perspektif Islam’ karya Catur Sriherwanto (Direktur Harun Yahya Indonesia). http://hidayatullah .com/berita/ tafakur.html

Menjadi Lulusan Ramadhan dengan Gelar M.Tq

Selasa, Agustus 11, 2009 Edit This 0 Comments »
Bulan Sya’ban telah kita masuki. Dalam bulan-bulan mulai bulan Rajab, pendahulu kita menganjurkan untuk melantunkan do’a:
“Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’bana wa balighna Ramadhana.”
Yang artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”

Dalam lafadz do’a di atas terdapat kata “berkahilah”. Apakah makna dari “berkah” itu? Berkah memiliki makna ziyadatul hasan atau ziyadatul khair, yaitu bertambahnya kebaikan. Sesuatu itu bisa disebut berkah manakala ada sebuah peningkatan atau bertambahnya kebaikan yang dikarenakan sesuatu itu. Misalnya seseorang memiliki keberkahan rizki, itu berarti rizki tersebut memberikan tambahan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Entah dengan rizki itu dia dapat menjalankan ibadah dengan lebih baik, atau menunaikan hak orang-orang fakir dan miskin, dan seterusnya. Yang jelas ada nilai kebaikan dari sesuatu itu, yang tentunya kebaikan tidak hanya di dunia namun juga di akhirat.

Kaitannya dengan bulan Rajab dan Sya’ban ini, kita memohon kepada Allah keberkahan agar ada suatu pertambahan kebaikan dalam diri kita. Sehingga nantinya juga siap dalam memasuki sebuah masa tarbiyah selama sebulan yang telah diprogramkan Allah secara rutin. Rasulullah saw. pun senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi Ramadhan ini sejak Rajab, salah satunya dengan memperbanyak puasa. Dan kita, tentunya juga harus melakukan persiapan-persiapan menuju sarana tarbiyah kita, Madrasah Ramadhan ini sehingga nantinya kita dapat memperoleh hikmah Ramadhan.

Kita berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah Ramadhan kami kali ini hamparan taman bunga, tempat kami merasakan indahnya hidup bebas dari segala amarah dan syahwat.”

Ramadhan adalah bulan dimana kita hendaklah melepaskan diri dari amarah dan syahwat. Karena sejatinya berpuasa dalam bulan Ramadhan adalah menahan diri dari syahwat (keinginan) baik mulut, perut dan apa yang ada di bawah perut, serta menahan diri dari amarah. Dua hal itulah yang senantiasa membebani hidup manusia sehingga tidak dapat merasakan hakikat hidup. Ketika kita bisa membebaskan diri dari amarah dan syahwat, maka hidup ini akan terasa enak, nikmat, ringan dalam beramal dan berbuat kebaikan. Nah, hal itulah yang menjadi target kualifikasi dari para lulusan Madrasah Ramadhan. Lalu, bagaimanakah persiapan kita agar dapat menjadi murid yang baik di Madrasah Ramadhan?

Spesifikasi Madrasah Ramadhan
Program Madrasah Ramadhan dirancang untuk menghasilkan lulusan dengan gelar M.Tq. (Manusia Taqwa atau Master of Taqwa juga boleh dech ^___^). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dalam ayat itu terdapat kata “la’alla”. Kata “la’alla” ini jika yang mengucapkan manusia maka memiliki makna harapan. Jadi “la’allakum tattaquun” berarti “semoga kamu bertaqwa”. Akan tetapi lain halnya jika yang mengatakan “la’alla” adalah Allah, maka bukan bermakna harapan lagi namun bermakna kepastian (insya’i). Sehingga “la’allakum tattaquun” berarti “agar kamu bertaqwa”.



Dari makna “la’alla” di atas dapat dipahami bahwasannya menjadi taqwa itu adalah kepastian, meraih gelar M.Tq. adalah sebuah keniscayaan. Namun tentu saja dengan syarat, telah memenuhi kualifikasi tertentu. Sebagaimana kita ingin meraih gelar sarjana, tidak mungkin kita mencapainya tanpa kita melaksanakan aturan-aturan sebagaimana yang ditetapkan, misalnya kita sering sekali mombolos kuliah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dosen, tidak mengikuti ujian dan sebagainya. Untuk meraih gelar M.Tq. pun kita diharuskan memenuhi beberapa kualifikasi.

Gelar M.Tq. akan dianugerahkan jika memenuhi kualifikasi berikut ini.
a.Tawadhu’
Kesadaran bahwa seluruh kelebihan dan keistimewaan yang ada pada diri kita bukanlah alat untuk menyombongkan diri.

b.Qana’ah
Selalu menerima dengan lapang apa saja yang Allah karuniakan. Mendekap suka maupun duka dengan kadar kemesraan yang sama.

c.Wara’
Menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah. Pada bulan Ramadhan, yang halal saja (makan dan minum) ditahan apalagi yang haram.

d.Yakin
Bahwa sesuangguhnya musibah yang ditimpakan kepada diri, suatau saat akan sirna tenggelam di batas cakrawala kehidupan yang tunduk di hadapan Kehendak dan Keagungan Allah.

Coba kita lihat dari empat produk dari puasa (natiijatush- shaum) yakni tawadhu’, qana’ah, wara’ dan yakin, apabila ditulis huruf bahasa Arab maka huruf pertama dari masing-masing kata tersebut adalah ta’, qaf, wawu dan ya’. Apabila huruf-huruf pertama itu disusun, maka akan terbentuk kata TAQWA. Inilah sebenarnya sesuatu yang akan dicapai dari ibadah puasa itu.

Mari kita kaitkan dengan empat hal yang PASTI akan terjadi dalam hidup kita, yakni:
1.Kita membutuhkan sesama manusia.
Kita tidak bisa hidup sendiri. Coba kita ambil contoh salah satu kebutuhan pokok kita yakni sandang, dan kita ajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan asal muasal sandang itu. Baju yang kita pakai itu siapa yang membuat? Baju itu dibuat dari kain, nah siapa yang membuat kain? Kain itu dari benang-benang yang dirajut, lalu siapa yang merajut benang itu? Benang itu dipintal dari kapas, lalu siapa yang memintal kapas itu? Kapas itu diambil dari pohon kapas, lalu siapa yang menanamnya? Dalam budidaya tanaman kapas, dibutuhkan beberapa alat, juga pupuk, obat dal lain-lain. Siapa saja yang membuat itu? Nah, jika dirunut ke asal-muasal suatu barang yang kita punya, maka mungkin dia melibatkan banyak sekali manusia dalam proses pembuatannya. Coba bayangkan jika kita hidup sendirian.

Kita membutuhkan orang lain, maka harus bisa diterima oleh orang lain. Agar bisa diterima oleh sesama manusia, maka membutuhkan sifat tawadhu’ (rendah hati). Orang yang tawadhu’ akan disukai oleh orang lain, berbeda dengan orang yang angkuh dan sombong, biasanya dibenci orang lain.

2.Kita membutuhkan harta
Bagaimana kita bisa hidup tanpa harta? Semua benda fisik yang kita miliki sejatinya adalah harta. Namun, semua harta di dunia tidak harus dimiliki manusia agar manusia merasa cukup. Banyak orang salah mengira bahwa dia akan puas manakala memiliki banyak harta seperti rumah mewah, mobil berlimpah, simpanan di bank meruah-ruah, istri... ya nggak hanya satu lah. Nyatanya banyaknya harta itu tidak membuat bahagia, karena tidak pernah merasa cukup.

Nah, manusia akan senantiasa merasa cukup manakala ada sifat qana’ah dalm dirinya. Orang yang qana’ah dapat menerima apa saja dan bagaimana saja keadaan dirinya. Setelah berusaha apa saja yang dia bisa, dia akan menyerahkan sisanya pada Allah dan menerima apa saja yang dikaruniakan padanya dan mensyukurinya. Orang qana’ah ini akan hidup pas-pasan, pas ada pas butuh, dan pas tidak ada pas tidak butuh. Karrena dia tidak mau mengada-adakan yang tidak ada, dan berpikir pada apa saja yang ada.

3.Kita membutuhkan Allah swt.
Selaku makhluk kita tentunya sangat membutuhkan Allah swt. Dialah yang menciptakan kita, menjaga kita, memberi rizki pada kita, menolong kita, mengabilkan do’a kita, memberikan yang kita ingini ... apa saja. Maka mau jadi apa kita kalau tidak membutuhkan Dia?

Orang yang membutuhkan Allah hendaknya berusaha semaksimal mungkin agar dincintai Allah. Dengan dicintai Allah, maka semua harapannya akan terpenuhi. Agar dicintai Allah maka haruslah wara’ karena wara’ adalah salah satu wujud ketaatan pada-Nya.

4.Kita membutuhkan ketenangan
Ketenagan adalah hal yang kita dambakan. Itulah salah satu faktor yang akan membuat kita bahagia. Ketenangan hidup dicapai manakala manusia mempunyai keyakinan, bahwa apapun yang Allah berikan adalah demi kebaikan dirinya. Meskipun Allah memberikan musibah, pastilah itu juga demi kebaikan manusia. Meski pula apa yang kita harapkan belum terkabulkan. Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Keyakinan seperti itulah yang akan memberikan ketenangan pada diri manusia.

Ramadhan adalah hamparan waktu yang dibentangkan Allah Ta’ala agar kita bisa menjadi tawadhu’, qana’ah, wara’ dan yakin. Maka hendaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menjadi murid yang baik dalam Madrasah Ramadhan dan akhirnya nanti lulus dengan spesifikasi tersebut.

Ramadhan yang akan datang adalah bagai tamu agung, yang tentu harus disambut dengan sebaik-baiknya. Ada adab yang berlaku untuk menyambut tamu yang juga berlaku untuk menyambut tamu agung Ramadhan.
1.Tidak membiarkan rumah kita seperti rumah hantu
Suatu hari kita berkunjung ke rumah teman kita. Ternyata setelah sampai ke sana, halaman rumahnya penuh dengan daun-daun kering tanda tidak pernah disapu. Saat masuk, ternyata sarang labah-labah memenuhi sela-sela ruangnya. Banyak juga penghuni rumah selain manusia, ada tokek, banyak nyamuk, berkeliaran tikus, kecoak. Belum lagi saja terlihat seperti mau roboh. Coba, apa yang ada di benak kita sebagai tamu?

Maka jangan biarkan ’rumah’ yang kita miliki seperti itu. Kita jadikan rumah yang berujud hati kita, bersih, indah lagi menawan. Maka untuk menyambut tama Ramadhan kita, hati kita hendaknya bebas dari segala kotoran, bersih dari segala penyakit hati.

2.Tidak menjadikan rumah kita, rumah yang ’tertutup’.
Bagaimana tamu mau masuk ke rumah yang tertutup? Rumah yang tertutup bisa jadi akan memberikan kesan bahwa si empunya rumah tidak menerima tamu. Sehingga yang ingin bertamu menjadi segan. Berbedadengan rumah yang senantiasa terbuka, maka kapanpun ada tamu pasti akan disambut.

Maka jadikan rumah itu rumah yang senantiasa terbuka. Ketika rumah itu , yaitu hati yang mudah tersentuh dengan segala kebaikan dan kemuliaan.

3.Tidak membiarkan rumah kita, rumah yang gelap gulita
Agak meragukan juga melihat rumah yang gelap gulita. Tamu akan ragu apakah di dalamnya ada penghuninya ataukah tidak. Dan yang akan bertamu akan segera berpikir, rumah itu sedang kosong sehingga mau tidak mau dia tidak jadi bertamu di rumah itu.

Untuk menyambut tamu kita, kita terangi rumah (hati) kita dengan penerangan terbaik. Dan penerangan terbaik adalah dengan cahaya ingat mati dan rindu akhirat. Tanda hati yang bertabur cahaya adalah:
a.telah kembali ke kampung akhirat, yakni selalu membayangkan atau berangan-angan telah berada di akhirat (merasakan suasana surga).
b.Bersih dari segala tipu daya dunia
c.Selalu siap kapan pun kematian datang menyapa

4.Kita sambut semua tamu yang datang dengan ’senyum’
Senyum itu adalah rasa bahagia hati kita menyambut tamu Ramadhan.

5.Kita suguhi tamu kita dengan suguhan terlezat dan minuman ternikmat
Suguhan yang disukai oleh Ramadhan:
a.tilawah Al-Qur’an
b.shadaqah dan infaq
c.memperbanyak shalat
d.puasa dengan ihtisab (ikhlas)


* Materi ini disampaikan oleh Ust. Syatori Abdurrouf dalam kajian rutin Kamis sore di PPMi Darush Shaalihat, pada 10 Juli 2008 (7 Rajab 1429 H). Dituliskan oleh Cahya Herwening dengan perubahan sesuai ingatan dan apa yang ada dalam catatan, juga perubahan style penyampaian dan tambahan penjelasan sesuai kebutuhan ^_^.

Sesungguhnya Pertolongan Allah Itu Dekat

Jumat, Juli 31, 2009 Edit This 0 Comments »
oleh : Johan Muhamad

Bismillahirrohmanir rohim…

Seringkali kita tak menyadari, betapapun beratnya ujian hidup ini pasti selalu ada jalan keluarnya. Saat segala sesuatunya terasa tak mungkin, yakinlah bahwa ada Zat yang sanggup mengubah segala yang tampaknya mustahil itu menjadi kenyataan. Kala kesulitan hidup datang mendera, yakinlah bahwa Allah telah menyediakan jalan keluarnya jika kita benar-benar mau berusaha dan bertawakkal penuh kepada-Nya.

Kisah 1

Siang itu sungguh terik, tapi teriknya matahari tak menyurutkan semangat kaum kafir untuk menghentikan tegaknya dakwah. Mereka dengan teliti menyusuri setiap jejak, mempehatikan semua tanda, dan memeriksa segala kemungkinan demi mencari keberadaan Rasulullah SAW. Mereka yakin, Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang belum lama meninggalkan Mekkah pasti tidak berada jauh dari situ. Tak akan mereka biarkan Rasulullah SAW pergi dan menemukan jalan untuk menyiarkan Islam kepada kaum yang lain.

Sampailah mereka ke mulut sebuah goa yang sangat mereka yakini bahwa Rasulullah SAW dan Abu Bakar berada di dalamnya. Pencarian dikonsentrasikan ke arah sana. Semua mata tertuju pada goa tersebut dan masing-masing orang bersiaga untuk segera menangkap orang yang mereka cari. Hidup atau mati, mereka harus menemukannya.

Goa itu kecil. Bukan perkara yang sulit menemukan dua orang yang bersembunyi di dalamnya. Jika bukan karena Allah yang menjaga para penghuninya, mungkin menemukan kalajengking atau serangga kecil lainnya juga dapat dilakukan dengan mudah. Tapi, pada saat itu di dalamnya terdapat makhluk Allah yang sangat Allah sayangi. Dua orang hamba terbaik yang hidup di kolong langit. Tak henti-hentinya mereka berzikir, berdo’ a, dan saling menguatkan. “Laa tahzan, innaLlaha ma’ana”, jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.

Mereka telah berusaha sedapat mungkin menyembunyikan kaki mereka agar tak terlihat dari luar goa. Sebelum itu, mereka bahkan telah mengatur strategi agar jejak kaki mereka bahkan tak dapat terendus oleh orang-orang. Tapi kini para pengejar telah berada dekat sekali dengan mulut goa. Tak ada lagi yang dapat diharapkan kecuali pertolongan Allah. Mereka telah menyempurnakan ikhtiar, dan kini saatnya bertawakkal pasrah kepada-Nya.

Saat para pengejar itu telah dekat ke mulut goa, tiba-tiba saja suara mereka semakin menjauh. Pertanda bahwa mereka beranjak pergi. Tak ada seorangpun yang masuk ke dalam goa. Para pengejar lebih yakin pada pengalaman dan ilmu mereka membaca alam. Entah dari mana, sarang laba-laba besar telah terangkai di mulut goa. Dan seekor burung berdiam di sekitar mulut goa tanpa beranjak pergi atau merusak sarang laba-laba. Dua tanda binatang itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa tak ada seorangpun di dalam goa. Selamatlah Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Pertolongan Allah datang tepat di akhir kondisi kritis.

Kisah 2

Gerombolan orang itu tampak berusaha berjalan secepat mungkin. Tapi apa daya, persiapan seadanya dan kondisi fisik yang lelah tak memungkinkan mereka untuk bergerak cepat. Belum lagi orang tua, para wanita, dan anak-anak membuat perjalanan tak dapat lagi dipercepat. Sementara di belakang mereka terdengar gemuruh pasukan berkuda, benhur, dan pasukan berlarian mengejar gerombolan orang-orang tak berdaya itu. Suara mereka semakin keras terdengar. Tak sampai hitungan jam, mereka pasti akan dapat terkejar.

Di hadapan gerombolan itu hanya ada lautan luas membentang. Tak ada lagi jalan lain. Nabi musa AS yang dari tadi memimpin gerombolan orang dengan susah payah mulai mendapat pertanyaan dan cacian. “Wahai Musa, sesungguhya engkau hanya membawa kami kepada jurang kematian”, begitu kata sebagian mereka. Saat itu tak ada lagi jalan untuk lari atau menghadapi serangan pasukan Fir’aun yang mengejar dari belakang. Mustahil.

Dan saat kondisi kacau balau dan kegalauan terjadi pada setiap orang, Nabi Musa terus berzikir. Ia berdoa pada Allah agar diberikan jalan keluar. Pasrah ia kepada-Nya. Seluruh ikhtiar telah disempurnakan. Tak ada lagi yang dapat menolong selain Allah. Saat kondisi kritis telah terjadi dan kepasrahan hanya diserahkan kepada Allah, maka Allah benar-benar membukakan jalan keluar bagi Bani Israil. Terjadilah apa yang mustahil terjadi selama ini. Terbelahlah lautan sehingga tampaklah jalan yang sebelumnya tak dapat terlihat. Berjalanlah mereka menyeberangi lautan yang luas itu dan selamatlah Bani Israil dari kejaran Fir’aun dan pasukannya.

Kisah 3

Anak kecil itu telah terbaring pasrah. Ikhlas ia mejalani ini semua karena Allah. Dan sang Ayah pun telah siap untuk melaksanakan tugasnya. Digenggamnya erat-erat sebilah pisau untuk menyembelih anaknya sendiri. Anak laki-laki kesayangannya yang telah dinantikan kelahirannya selama bertahun-tahun.

Ditampiknya semua godaan syaithan. Ia percaya penuh kepada Allah. Ia yakin bahwa Allah pasti selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Ia ingin menjalankan perintah Allah seberat apapun perintah tersebut. Bismillah... Ia membulatkan tekad. Lisannya tak henti-hentinya berzikir. Diayunkanlah lengannya untuk mulai menyembelih. Dan saat ujung pisau nyaris menyentuh leher sang anak, keajaiban terjadi. Sang anak berubah menjadi seekor ghibas.

Ibrahim AS menjalankan perintah Allah yang sangat berat. Ia berjuang melawan dirinya sendiri, melawan bujuk rayu syaithan, demi mematuhi perintah Allah. Dan saat semua ikhtiar telah disempurnakan, maka kepasrahan total hanya diserahkan kepada Allah. Lalu Allah mendatangkan pertolongannya, tepat di saat detik-detik terakhir.

Kisah 4

Gelap, pekat, dan mual ia rasakan. Tidak jelas apa yang terjadi saat itu. Mungkin segala jenis sakit fisik dan tekanan batin terjadi bersamaan di satu waktu. Tapi ia terus berzikir, bertaubat kepada Allah atas segala kesalahan yang ia perbuat. “Asyhadu alla ilaaha illa anta, subhanaka, inni kuntu minaz zholimin”, aku bersaksi bahwasannya tidak ada Ilah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menjadi bagian dari orang-orang berlaku zholim atas dirinya sendiri. Pasrah ia kepada Allah. Tak ada lagi yang dapat ia lakukan sebagai manusia. Perut ikan paus itu terlalu besar dan ia terlalu lemah untuk berada di dalamnya. Namun kekuatan zikir itu begitu dahsyat. Kalimat taubat yang diucapkan dengan penuh penyesalan itu sungguh mampu mengeluarkan manusia dari permasalahan apapun.

Dan terjadilah apa yang mustahil menurut ukuran manusia. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Nabi Yunus AS keluar dari dalam perut ikan paus. Entah bagaimana caranya, ia tiba-tiba dapat keluar dari dalam sana. Dan bukan hanya itu, ia dapat selamat dari kejamnya gelombang lautan yang sangat hebat pada saat itu hingga akhirnya terdampar di daratan. Ia selamat dari keadaan yang sungguh menakutkan, tepat di saat terakhir dari semua kesulitan yang dihadapinya. Saat tak ada seorangpun yag mampu menyelamatkannya sama sekali kecuali Allah.

Hikmah

Rasanya bukan hal yang sulit untuk mengambil hikmah atau ibroh dari kisah-kisah para Nabi tersebut. Satu hal yang seharusnya dapat kita petik ialah keniscayaan bahwa Allah pasti menolong hamba-hambanya yang beriman. Tentu saja semua itu tidak dengan cuma-cuma. Pertolongan Allah itu selalu datang saat semua ikhtiar kita sebagai manusia telah dimaksimalkan. Saat tak ada lagi ikhtiar yang sanggup kita lakukan. Saat tak ada lagi seorangpun yang mampu menolong kita. Saat kepasrahan itu kita serahkan sepenuhya hanya kepada Allah. Saat kita telah menampik semua godaan syaithan. Saat kita telah bertaubat dan menyesali semua kesalahan kita dengan penuh penyesalan. Saat kalimat zikir tak henti-hentinya terucap dari lisan kita. Maka saat itulah pertolongan Allah akan datang.

“ ... alaa inna nashruLlahi qoriib”, ketahuilah.. sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Terkadang mungkin kita tak menyadari betapa dekatnya pertolongan Allah. Alih-alih kita mendekat kepada Allah, kita mungkin justru lebih sering menjauh dari-Nya saat permasalahan menimpa kita. Akibatnya, pertolongan Allah tak kunjung dekat kepada kita. Padahal, kisah para Rasul telah mengajarkan kepada kita bahwa pertolongan Allah itu justru datang saat di mana seseorang berada pada titik terdekatnya dengan Allah. Maka bersabarlah wahai saudaraku, tetaplah bersyukur atas apa yang Allah telah berikan. Berusahalah dengan kemampuan terbaik untuk menjadi hamba-Nya yang sholeh. Banyak-banyaklah berzikir di manapun kau berada. Jangan pernah berputus asa dari pertolongan Allah. Sungguh saudaraku, pertolongan Allah itu pasti datang, insya Allah.

Wallahu a’lam bis showab...

mukjizat adzan

Jumat, Juli 03, 2009 Edit This 0 Comments »
Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap Maha yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw. Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari.

Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan. Indonesia misalnya, sebagai sebuah negara terdiri dari ribuan pulau dan dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Begitu fajar fajar menyingsing di sisi timur Sulawesi, di sekitar 5:30 waktu setempat, maka adzan subuh mulai dikumandangkan. Ribuan Muadzin di kawasan timur Indonesia mulai mengumandangkan tauhid kepada yang Maha Kuasa, dan risalah Muhammad saw.

Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam. Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.

Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, (Dawn) adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.

Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan.

Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan Adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam.

Sebelum Adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai. Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu adzan Isya telah dimulai di Sulawesi! Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan adzan untuk Isya.

Jika kita merenungkan fenomena ini dengan serius dan seksama, maka kita menyimpulkan fakta yang luar biasa, yaitu: Setiap saat ribuan muadzin —jika bukan ratusan ribu— di seluruh dunia mengumandangkan keesaan Allah yang Maha Kuasa dan kenabian Nabi Muhammad saw di muka bumi ini! Insya’allah, adzan (panggilan universal) lima kali sehari ini akan terus berlangsung sampai hari kiamat, Amin.

Di dalam kitab Mazmur 149: 1-9 disebutkan,

(1) Haleluya! Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh.

(2) Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!

(3) Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!

(4) Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

(5) Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!

(6) Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka,

(7) untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, penyiksaan-penyiksaan terhadap suku-suku bangsa,

(8) untuk membelenggu raja-raja mereka dengan rantai, dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi,

(9) untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Haleluya!

Dengan membaca nubuwat ini secara seksama, maka kita mendapat kesan bahwa Nabi yang dijanjikan dan digambarkan sebagai raja itu adalah Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Allah berfirman di dalam al-Qur’an:

‘(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’ (Ali Imran: 191)

Perluasan wilayah Islam dengan pedang ‘bermata dua’ sebagaimana disebut dalam nubuat di atas, dimulai dari penaklukan Makkah pada masa Nabi Muhammad (SAW), lalu disusul dengan jatuhnya Syria, Byzantine, Persia, Mesir, Konstantinopel, dan banyak negara lainnya, dimana kekuasaan dan kejayaan pada waktu itu ada di tangan para pengikut Muhammad SAW itu, bukan merupakan sejarah yang asing. Sementara Yahudi dan Kristen tidak dapat mengklaim sebagai pemilik nubuat tersebut, terutama mengenai Isa al-Masih. (eramuslim.com)

8 Tips Sambut Ramadhan

Rabu, Juli 01, 2009 Edit This 0 Comments »
Oleh: Ulis Tofa, Lc


dakwatuna.com - Ramadhan yang penuh kelimpahan kebaikan dan keutamaan, akan dapat dirasakan dan diraih ketika ilmu tentang Ramadhan dipahami dengan baik.

Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci ini. Mereka berdo’a selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba, mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdo’a selama enam bulan setelahnya, agar kesungguhannya diterima Allah swt. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

Bagaimana menyambut bulan Ramadhan? Berikut kami hadirkan “8 Tips Sambut Ramadhan” :

1. Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)

2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An Nawawi dalam kitabAdzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

3. Bergembira dengan datangannya bulan Ramadhan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

4. Rencanakan agenda kegiatan harian untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat, karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

5. Kuatkan azam, bulatkan tekad untuk mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” Muhamad:21.

6. Pahami fiqh Ramadhan. Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah swt. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahu.” Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun- nafs –pemberishan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.

8. Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Semoga Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan Ramadhan. Dan selamat meraih kebaikan-kebaikanny a. Amin ya Rabbana. Allahu a’lam (io)
http://www.dakwatun a.com/2008/ 8-tips-sambut- ramadhan/